Gur Dur merupakan orang yang memiliki kegemaran sekaligus pengamat sepak bola
yang handal. ia tentu tau apa yang dikatakan Sepp Herberger, pelatih
legendaris yang berhasil membawa Jerman menjadi juara dunia 1954.
Herberger merumuskan filsafat bolanya demikian:
Keberhasilan dalam sepak bola ditentukan oleh tiga hal, yakni sepertiga
kebisaan, sepertiga perkawanan, dan sepertiga keberuntungan.
Kebisaan
Kebisaan itu dapat dilatih terus dengan training didalam lapangan untuk memunculkan potensi dan kemampuan dimana setiap pemain memilikinya. ada hal yang menarik saya pernah membaca sebuah buku tentang filosofi orang jepang dalam merekrut sebuah pegawai, yakni "mereka lebih mengutamakan orang yang belum bisa namun memiliki semangat juang yang tinggi untuk belajar dari pada
orang yang punya kemampuan namun memiliki etos kerja dan minat belajar
yang rendah". Hal ini kenapa diterapkan, hemat saya mungkin karena
dengan orang yang merasa bisa maka mudah untuk puas dan lebih cenderung
menyalahkan orang lain sehingga peluang untuk berkembang kecil. namun
sebaliknya orang yang memiliki minat belajar yang tinggi maka tidak
mudah puas dan akan selalu memperbaiki kinerjanya maupun setiap
kesalahan yang terjadi. dalam akun twitter mbak Yenny Wahid (putri kedua
Gus Dur) mengemukakan sukses = 1% bakat dan 99 % keringat.
Mengambil dari ceramah Gus Mus, kita jangan pernah berhenti belajar dan
jangan pernah merasa diri kita hebat. Sehingga memang kita bisa
memberikan sebuah kata kunci yakni : "Selalu belajar (mencari ilmu) untuk meningkat potensi dan kemampuan yang ada".
Perkawananan
Perkawanan menjadi hal yang sangat penting dalam sepak bola maupun dalam
setiap aktivitas yang memerlukan kerja sama. perkawanan dibina diluar
lapangan. Disini pelatih harus bisa mengumpulkan pemain-pemain yang siap
untuk mengorbankan diri bagi cita-cita yang sedang digeluti dan bagi
kawan-kawannya sendiri bukan mengorbankan orang lain untuk mencapai cita-cita kita.
dan lagi-lagi saya mengambil fakta dari orang jepang, 1 orang jepang dapat dikalahkan oleh 1 orang Amerika, namun 3 orang Jepang tidak dapat dikalahkan oleh 3 orang Amerika. kalau orang jawa biasanya bilang gotong royong.
sebenarnya kita sudah diwarisi kekaya'an intelektual dan pola pikir
oleh nenek moyang kita dengan budaya toleransinya lewat peribahasa
"Ringan sama dijinjing, Berat sama dipikul".
Keberuntungan
Keberuntungan tercipta tidak dengan tiba-tiba melainkan dengan kerja
keras dalam hal ini kebisaan (kemampuan) yang tinggi dan perkawanan yang
kuat sebagai dasar terciptanya hasil yang maksimal.
Gus Dur kiranya boleh mengambil alih rumus keberhasilan Herberger itu
bagi "kesebelasa yang dipersiapkannya. untuk pembentukan kabinetnya, ia
harus mencari orang yang betul-betul bisa, sesuai dengan bidangnya.
Jangan lagi mengulang kesalahan lama, yang memasang menteri bukan karena kebisaannya, tetapi karena relasi, status , dan penjatahan kursi.
Namun, kebisaan itu baru menentukan sepertiga bagian saja dari seluruh
komponen keberhasilan. kebisaan itu takkan membuahkan hasil maksimal,
tanpa desertai perkawanan dan kedekatan diantara orang-orang yang hendak
dpilih Gus Dur. Tanmpa perkawanan yang mau saling
membantu dan berkorban itu, "kesebelasan" Gus Dur akan dilanda
ketidakkompakkan dan mudah tercerai berai. Disini Gusdur dituntut untuk
menjadi manajer yang tegas. siapa tidak mau berkorban demi cita-cita
yang sudah ditentukan, ya lebih baik tidak dipilih, kendati "merasa"
bisa.
Sebagai "pelatih", Gus Dur tidak perlu ahu dan ahli dalam
segala-galanya. Para "pemain"lah yang harus mengetahuinya. Tugas Gus Dur
adalah seperti apa yang dibuat Matt Busby, pelatih legendaris
Manchester Unitid, yakni menciptakan a home, a human place bagi
para "pemainnya". dirumah manusiawi itulah, para pembantu-pembantu Gus
Dur dapat selalu menimba tamabahan inspirasi bagi tugas dan
kewajibannya. Dengan sifatnya yang hangat, informal, penuh humor dan
sederahana, kiranya Gus Dur bisa menampilkan kepemimpinannya dengan
nilai tersebut.
itu semuanya baru pertiga. sepertiga lainnya adalah keberuntungan. Sikap
menerima keberuntungan ini bukan sikap fatalis yang melemahkan
perjuangan, tetapi suatu sikap keterbukaan, yang percaya bahwa akan ada
banyak hal terjadi diluar yang direncanakan. sika p itu juga suatu
kerendahan hati : manusia berusaha, Tuhan yang menentukan. dengan sikap
ini, para "pemain Gus Dur" tidak memutlakkan keberhasilan atau meratapi
kegagalan, tetapi akan bermain dan bermain terus seindah-indahnya. Baru
dengan demikian rakyat bisa melihat, bahwa "kesebelasan Gus Dur" itu
tulus dan jujur.
Akhirnya, semoga Presiden Gus Dur mendengar permohonan ini: Gus Dur, ingatlah, rakyat Indonesia ini adalah pecinta sepak bola. sampean tentu
ingat, dengan keberhasilannya di Piala Dunia 1954 Sepp Herberger tealh
memberi kembali kebanggaan pada rakyat Jerman yang sebelumnya hancur,
sampai meraka bisa mengatakan, Wir sind wieder wer (kami kemabal
menajdi siapa). Kami, Rakyat Indonesia masih didera krisis yang membuat
kami kehilangan identitas kami. maka permintaan kami pada Sampean :
Gus, Bentuklah "Kesebelasan" yang bisa memberi lagi kebanggaan, hingga
kami bisa bilang, kami kembali menjadi siapa, setelah lam kami malu
karena kami bukan siapa-siapa.
Disadur dari Buku berjudul "Gus Dur Santri Par Excellence Teladan Sang Guru Bangsa", oleh Sindhunata (kompas, 23 Oktober 1999) dengan sedikit penambahan.
~( adli )~
~( adli )~
0 komentar:
Posting Komentar